lelehan besi tua tak hentinya mengguyur luka yang semakin dalam
aroma mawar tak seindah wujudnya yang berduri
menjajaki kawah pesakitan yang terselubung khianat
inikah yang mereka sebut dengan sudut awal kebahagiaan kelak
bagiku ini tak lebih dari sekedar kertas lusuh dengan coretan tanah
tak pula lebih indah dari kursi goyang tua yang menghiasi teras rumah
hanya berusaha menyunggingkan setitik senyum di ujung bibir
dan entah harus kulakukan untuk menutupi air mata
esok semoga tak lebih hina dari carut marut binal kehidupan
hanya mengangkat harap
tak ingin lebih
berusaha menapaki jalanan kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar